Seputar Solo | Solo Batik Carnival 2013 | Frame of Solo 2013
Solo Batik Carnival, sebuah event tahunan yang diadakan
Pemkot Solo diadakan di Jl.Slamet Riyadi Surakarta dengan tema “earth to earth-memayu hayuning bawono”
ini sangat ramai dikunjungi. Mereka memakai
kostum yang berwarna-warni. Merah, Biru, dan Putih yang saya lihat. Entah
berapa kg kostum yang mereka bawa ini. Yang saya lihat kostumnya besar dan
lebar. Selain diikuti oleh para pemakai kostum batik ini, ada beberapa
komunitas yang ikut seperti komunitas sepatu roda, marching band, dan katanya
pada event kali ini 29 juni 2013 datang juga juara 1 dan 2 putri Indonesia. Saya
kurang beruntung karena tidak bisa melihat kedua Putri Indonesia itu. Spot saya
menunggu arak-arakan ini didekat jembatan penyebrangan sebelum Gramedia.
Saya sampai di kota Solo sekitar pukul 15:00 WIB. Di sekeliling
jalan masih sedikit orang yang berkumpul menunggu. Setelah menunggu cukup lama,
sekitar dua jam, ahirnya iring-iringan mulai berjalan. Yah, cukup lama memang
dan saya harus puas dengan membawa lensa fix saja. Saya juga kalah postur
dengan para pengunjung. Daripada saya masuk ke jalan yang dilewati iringan dan
mengganggu jalan, ya saya terpaksa maju mundur. Alhasil saya cukupkan saja dan
mundur sebelum arakan selesai. Tapi saya sangat puas dengan event ini. Saya bertemu
dengan penduduk Solo yang ramah-ramah dan menjadi panjang lebarlah obrolan
saya. Saya jadi teringat pesan seorang senior fotografer jurnalis dari kota
solo. Kalau ingin mulai menjadi seorang jurnalis, mulailah dari kota solo. Orangnya
ramah-ramah dan eventnya bejibun. Benar saja. Ketika hari sabtu diadakan Solo Batik
Carnival, pada hari Minggunya opening “Frame of Solo” sebuah event Lomba
Fotografi tingkat nasional dalam rangka memeriahkan Hari Jadi
Kota Solo yang ke-266.
Malam harinya saya berjalan-jalan ke “night market” yang
masih berjalan dari masa kepemimpinannya pak Jokowi. Night market ini ada
setiap malam minggu. Disana dijual berbagai macam batik solo, barang kerajinan
tangan, dan saya juga sempat membeli teh hitam rempah rempah. Jadi teh itu
disajikan bersama beberapa rempah-rempah. Hmm...aromanya khas sekali.
Pada pagi harinya saya lanjutkan jalan-jalan ke car free day
di tempat yang sama dengan tempat pelaksanaan solo batik carnival hari
sebelumnya. Saya sempat bertanya ke tukang parkir setempat. Kalau kereta yang
lewat kota masih berjalan apa nggak. Katanya masih berjalan tapi kalau ada yang
nyarter saja. Sudah tidak beroperasi lagi. Wah saya sedikit agak kecewa karena
tidak bisa melihat kereta api uap itu. Eits, ternyata solo memberi kejutan lagi
kepada saya. Sekita pukul 09:00 WIB, terdengar peluit panjang. Aha, sepertinya
saya tahu. Dan benar saja, dari jauh terlihat kepulan asap dan samar-samar
muncul moncong kereta api berwarna hitam. Beruntung sekali saya. Kerena menurut
informasi yang saya dapat, perlu menyewa kurang lebih 3-4 juta untuk biaya
operasionalnya. Ya maklumlah, kayunya butuh kayu jati agar bisa memanaskan
tungku uapnya. Sedangkan kayu semakin hari semakin sedikit. Belum juga yang
hutan kebakaran, ilegal logging, dll.
Setelah itu, saya packing pulang dan berniat mencari serabi
notosuman. Kali ini bukan keberuntungan
saya. Sebab saat itu pukul 13:00 saya sudah kehabisan stok serabi notosuman. Ahirnya
kami pulang dan untuk mengobati sedikit kecewa, lidah kami mampir di boyolali
untuk menikmati soto seger khasnya. Memang
mantab boyolali kalau masalah olahan dari hewan mamalia ini. Oishii..!!
Comments
Post a Comment