MERTI "Jamuran" TEMBAKAU 2017




Tembakau sebagai mempunyai banyak polemik di dunia. Tak terkecuali di tanah surga tembakau. Banyak pertengkaran diantara lembaran daun tembakau. Jawa Tengah mempunyai temanggung dengan kenikmatan jenis daun tembakau bernama srintil yang membawa kenangan saya beberapa tahun lalu di acara reuni petualang ke 7 di basecamp Sumbing via Sipetung. Pengurus Basecamp yang tergabung dalam kelompok bernama Greengrass rata-rata memiliki ladang tembakau yang luas. Salah satu sesepuhnya pernah mengatakan, "kalau srinthil itu nggak bisa dipastikan munculnya mas, namun ada tetenger kalau di lembah sebelah sana itu longsor walaupun sedikit, bisa dititeni bahwa akan ada srintil yang keluar." Dari pernyataan ilmu titen ini lah sebenarnya hubungan lebih jauh antara hablum minallah terjadi. Tuhan memberikan tanda tanda kebesaran Nya dan manusia belajar memahami. Selaras juga dengan pemahaman yang saya dapatkan dari pengajian kali ini. Merokok itu tidak membunuhmu. Bagaimana mungkin "merokok membunuhmu" adalah sebagai salah satu tolak ukur hidup dan mati. Lalu dimanakah letak kekuasaan Tuhan sebagai pengatur segala sesuatu. Merokoklah dengan takaranmu sendiri. Haruskah kamu merokok atau tidak merokok. Jika harus merokok, kapan waktu merokok, kapan waktu berhenti merokok, dimana kamu merokok, dimana kamu tidak merokok. Takarlah ukuran merokok dengan pemahaman terhadap dirimu sendiri. Jika diringkas lagi, berdaulatlah kepada dirimu sendiri. Pemerintah boleh mengeluarkan pernyataan seperti itu, namun kamu juga harus mengerti takaran dirimu sendiri. Pesan Caknun untuk bangsa ini masih saya tangkap sama. Menghidupkan kembali semangat percaya terhadap diri sendiri, terhadap apa yang sudah dimiliki. Semisal dalam contoh yang diberikan di depan ribuan orang yang ngaji  malam itu. Permainan tradisional yang banyak dianggap sebagai permainan kuno dan ketinggalan zaman, permainan jamuran. Jamuran mengajarkan daya kreatifitas dan imajinasi yang sangat tinggi.
Jamuran  merupakan hasil cipta dari Sunan Giri. Kecerdasan motorik, kebersamaan, kekompakan, ekspresi, imajinasi, memahami perintah dan berbagai aspek lain sarat di dalam Jamuran. Dimulai dari hompimpa untuk menentukan siapa yang "jaga", dan yang lainnya duduk melingkar, dan mendendangkan lagu jamuran, "Jamuran, jamuran, yo ge ge thok Jamur apa, jamur apa, yo ge ge thok Jamur payung ngrembuyung kaya lembayung Sira badhe jamur apa?". Kreatifitas dari peran yang "jaga" disambut dengan ucapan "jamur munyuk menek (jamur monyet memanjat). Peserta yang tidak jaga mengejawantahkan apa itu "jamur munyuk menek". Maka dengan segera peserta jamuran memanjat apasaja yang bisa dipanjat, atau mempraktekkan jamur monyet memanjat sesuai imajinasinya. Imajinasi bebas, berdaulat terhadap pemikiran sendiri.
Tak hanya jamuran. Permainan tradisional lain yang dimiliki oleh Nusantara, mengajarkan berbagai macam hal yang sangat diperlukan ketika nanti sudah dewasa. Bagaimana mungkin para leluhur yang sudah menciptakan permaianan atau lebih tepatnya pelajaran dengan metode yang menyenangkan ini dianggap kuno, kecuali memang sengaja digerus oleh istilah yang diciptakan para pedagang masa kini supaya anak-anak zaman sekarang lebih suka gadget ketimbang mempelajari kebutuhan dimasa dewasanya mulai dari kecil. Istilah "kuno" mulai melekat kuat dibenak siapapun. Modern, bergaya, maju, dan sejenisnya sudah mengganti pola pikir. Jika dipikir ulang, zaman sekarang adalah zaman maju yang sebenarnya mundur. Mundur dari budi pekerti, mundur dari bangsa beradab, menjadi bangsa yang selfish, juga materialis. Semua di ukur dari banyaknya uang yang dimiliki yang tanpa sadar merenggut waktu yang dipunyai untuk mencari uang. Saat daun terahir jatuh, maka kalian baru sadar, uang tak bisa dimakan





Comments

Popular posts from this blog

KONTAK BASECAMP GUNUNG SE-INDONESIA

Pendakian Gunung Prau Via Pranten Kab.Batang Jawa Tengah

Tips Mahasiswa Mengumpulkan Tugas Ke Email Dosen